Mia Tjahjadi, pengelola Warung Batursari, Sanur. |
Mungkin Anda sering menyantap sup ikan dan ikan goreng dengan sambal kecap pedas atau makan nasi campur di warung dekat Pantai Sanur. Menu masakan ini sekarang bisa ditemui di beberapa tempat di Sanur.
Begtitu pula menu Asia Fusion dan Western yang biasanya dihadirkan di hotel bintang lima, mudah didapatkan di berbagai kawasan di Sanur.
Kini, citarasa masakan Asia dan Western hadir di Warung Batursari, yang dikelola perempuan muda: Mia Tjahjadi. Ia menggunakan diksi ‘warung’ untuk rumah makan yang didesain ramah dan bikin pengunjung betah.
Lantas, apa yang ditawarkan Warung Batursari yang ‘soft opening’ belum lama ini?
Sanur adalah desa sohor yang banyak dikenal wisatawan sejak awal 1900-an. Identitas yang melekat sebagai daerah pariwisata telah melahirkan identitas baru desa ini sebagai salah satu destinasi kuliner yang layaki dikunjungi.
Mia Tjahjadi mengatakan Sanur telah menjadi rumah bagi ekspatriat dari berbagai penjuru dunia dengan aneka latar belakang profesi.
“Warung harus tetap hadir sebagai spirit kulinari,” kata Mia Tjahjadi.
Ia menyebut kini banyak para pemburu kuliner yang menomorsatukan cita rasa , sehingga warung harus berevolusi untuk hadir bukan saja masakan tradisional Bali, tetapi juga menu Asia maupun western.
Ia menangkap peluang itu dan membidik kalangan ekspatriat yang mukim di Sanur, termasuk wisatawan mancanegara lainnya dan segmentasi masyarakat Denpasar, Badung, dan sekitarnya.
Nama Batursari diambil dari nama Jalan Batur Sari, lokasi warung di kawasan Sanur. Jalan Batur Sari merupakan salah satu akses penting zona sebelah barat Jalan By Pass I Gusti Ngurah Rai, Sanur.
Penegasan nama warung yang identik dengan nama jalan ini, jelas Mia Tjahjadi, untuk memudahkan warga mengingat. “Pakai Google Map mudah, kok, mencarinya,” kata Mia Tjahjadi.
Keberadaan dua area ini dibatasi dinding kaca terbuka yang memungkinkan pengunjung warung masih bisa berinteraksi.
Penggunaan material bekas berupa dinding seng dan besi memberikan kesan industrial. Ada dua kitchen yang dibuat terpisah untuk menu Asia Fusion dan Western. Di sisi kiri luar diletakkan becak yang didesain unik dan artistik karya Eddi Prabandono.
“Becak ini adalah salah satu identitas transportasi tradisional yang murah dan nyaman. Warung Batursari pun demikian, menyajikan menu yang murah dengan citarasa dan kenikmatan yang mahal, hahaha,” ujar Mia Tjahjadi.
Ruang layan Warung Batursari memberikan kenyamanan dan menciptakan kesan intim bersama pasangan, keluarga, maupun teman-teman. Jangan khawatir, para netizen tetap bisa leluasa berselancar di dunia maya karena tersedia koneksi internet WiFi.
Untuk starters ada pilihan Bruschetta, Homemade Spring Rollls, Tuna Cappaccio, Perkedel Jagung. Soups ada Misso, Tom Yum. Salads ada Green Salad, Tuna Salad, Tomato and Mozzarella.
Mains (Daging dan Ikan) ada Thai Basil Chicken, Beef Tenderloin, Salmon Fillet, Pan Fried Barramundi, Red Snaper dan Tuna.
Rice and Noodles ada Nasi Goreng, Mie Goreng. Burger and Sandwich ada Cheese Burger, Panko Shnitzel Sanwich dan Pesto Sandwich. Menu Westrn Leberkase Semmel, Wiener Wuerstchen, Krakauer Sausage, Chese and Bacon Sausage, Roast Chicken, Roasted Duck, BBQ Pork Spare Ribs or Baby Back Ribs dan Grilles Pork Knuckle ”Schweine Haxe”.
Sedang untuk aneka minuman mulai Hot Baverage, Cold Baverage, Juice, Smoothie, Milkshake, Beer, Soft drink dan Gelato.
“Spring rools-nya gurih dicelupkan ke saus sambal manis beserta sayurannya, sungguh nikmat.” “Saya sangat menikmati makan di warung ini, dengan harga yang sangat jauh dari restoran. Saya pastikan akan kembali lagi ke warung ini.”
“Wow, Thai Basil Chicken yang digoreng dengan bawang putih, cabe, dan daun basil menghidupkan aroma dan rasa. Layak untuk diacungi jempol.” “Gelato Pistachio, es krim dengan rasa pistachio yang kuat, bukan hanya manis tetapi kelezatannya seolah mene,pel kuat doi rongga mulut.”
“Sajian makanan dan atmosfer warung beserta interaksi pelayan yang ramah membuat saya tidak canggung.” “Roasted Duck dengan daging bebek yang renyah dan uuuenakkk, membuat ingin mencoba menu lain, esok hari.”
“Tempat santap makan baru seperti ini memberi nilai lebih pada hidangan berkelas, tetapi dengan harga terjangkau kocek.” Citarasa dan kelezatan makanan memang tak cukup diwartakan, tetapi harus dibuktikan. Nah, kini giliran Anda untuk mencobanya. (Yudha Bantono)