Ketua Yayasan Pembangunan Sanur Ida Bagus Gede Sidarta Putra (kiri) bersama mantan Bupati Belitung Timur Basuri Tjahaja Purnama dalam kunjungan delegasi GSTC ke Geria Menuh Sanur, Jumat (25/10/2019). |
Gusde yang juga Ketua PHRI Denpasar dan Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) menjelaskan tentang tiga pondasi untuk dijadikan pegangan dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan yakni sustainability di bidang budaya, ekonomi, dan lingkungan.
"Kami menjaga tiga hal tersebut dengan berbagai kegiatan dengan memberdayakan potensi warga di antaranya melalui agenda tahunan Sanur Village Festival yang telah digelar 14 kali sejak 2006," katanya saat menerima delegasi di Geria Menuh Sanur, Jumat (25/10/2019).
Hadir dalam kunjungan itu di antaranya mantan Bupati Belitung Timur Basuri Tjahaja Purnama yang merupakan satu alumni dengan Gusde yakni penerima beasiswa Complete Program Ideas Indonesia 4.0. Leading Innovation for Sustainability, Uniting Leadership in Diversity dari Massachusetts Institute Technology (MIT).
Kunjungan serupa seperti ini telah berulangkali dilakukan sejumlah daerah untuk belajar tentang pariwisata berkelanjutan dari Sanur.
Menurut Gusde kita harus selalu siap menghadapi perkembangan dan tantangan dunia pariwisata. Sanur yang mengedepankan kekuatan tradisi dan budaya luhur masyarakatnya menjadi spirit kuat menghadapi tantangan pariwisata yang penuh persaingan.
Sanur tidak akan terkontrol jika tidak dikelola dengan landasan kekuatan budaya dan kearifan lokal melalui Yayasan Pembangunan Sanur.
Gusde menyadari persaingan destinasi pariwisata yang begitu ketat di tengah kemajuan teknologi informasi harus disikapi dengan transformasi, inovasi dan kreasi, di antaranya digali melalui basis budaya dan komunitas warga.
“Penguatan budaya sebagai bagian pariwisata berkelanjutan mutlak dilakukan,” katanya. Sejatinya, tantangan ke depan dengan persaingan destinasi pariwisata semakin berat karena masing-masing destinasi ingin merebut pasar pariwisata.
Penguatan ekonomi secara kelembagaan untuk memperkuat pariwisata baik secara atraksi maupun pendukung seperti UKM dan dunia pendidikan dilakukan secara sinergi melalui Yayasan Pembangunan Sanur.
Yayasan Pembangunan Sanur memiliki pasar tradisional modern, di samping sebagai penguat sentra ekonomi masyarakat juga menjadi atraksi pariwisata. Pasar Sindhu yang telah menyabet pasar terbaik di Asia Tenggara dapat menjadi rujukan bagaimana keberlanjutan secara ekonomi dilakukan di Sanur.
Belum lagi Lembaga Perkreditan Desa (LPD) maupun Bank Desa Sanur yang mengelola dan memfasilitasi dana masyarakat untuk mengembangkan perekonomian Sanur yang sebagian besar ditunjang kegiatan pariwisata.
Sebagai pengelola bisnis pariwisata Gusde juga memahami standar ramah lingkungan menjadi hal penting dalam dunia pariwisata.
Untuk itu melalui program Yayasan Pembangunan Sanur yang bekerja sama dengan pelaku industri pariwisata setempat secara berkelanjutan melakukan program nyata bagi penyelamatan lingkungan hidup.
Sanur Village Festival yang merupakan bagian dari program Yayasan Pembangunan Sanur melibakan seluruh potensi masyarakat untuk turut serta menciptakan Sanur sebagai destinasi pariwisata yang ramah lingkungan.
Ada pula Program Dharma yang dinisiasi Desa Sanur Kaja telah menciptakan peraturan desa tentang pengendalian rabies maupun kesejahteraan hewan. Segala aspek yang berkaitan dengan lingkungan berbasis masyarakat sangat dikedepankan bagi pengembangan pariwisata di Sanur.
Pariwisata berkelanjutan menjadi pedoman strategis mengembangkan pariwisata di Sanur.
“Yayasan Pembangunan Sanur melalui program Sanur Village Festival sangat terbuka bagi daerah-daerah lain untuk sharing maupun kerja sama, seperti yang akan dilakukan Pemkab Banyuwangi dalam bentuk sister festival,” kata Gusde. (yud)